Kamis, 17 Januari 2008
Rapuh
Sifat dan perkembangan manusia sangat fluktuatif. Ia bisa berubah setiap saat, setiap jam bahkan dalam hitungan detik. Ia dipengaruhi kondisi kejwaan. Ada juga, diantara pribadi-pribadi manusia itu, yang oleh sang pencipta dikaruniai kekokohan, keteguhan, keistiqomahan dalam sikap, pola pikir, dan prilaku. Biasanya orang-orang seperti ini jumlahnya sedikit. Dalam kehidupan tercermin, pribadi yang unik, Ia seperti karang yang kuat meski ombak besar datang silih berganti menghampirinya. Sebaliknya, manusia yang mudah terombang-ambing, tidak mempunyai kompas kehidupan, menunjukkan kejiwaannya begitu rapuh. Rapuh suatu kondisi yang menyertai alam jiwa, pola pikir, dan sikap yang sering berubah-ubah, terombang-ambingkan karena suatu sebab. Sebab iu bisa datang dari lingkungan terdekat atau dalam bentuk suatu pemahaman. Jiwa yang “rapuh” ibaratnya , seperti rumah yang tidak memiliki pondasi kuat dan sewaktu-waktu bisa roboh. Suatu saat kitapun pasti pernah mengalaminya. Kita adalah bukan malaikat –yang selalu terjaga. Kitapun terkadang masih sering berbuat kesalahan dan maksiat. Karena semuannya bersumber pada hati. Ada tiga kunci untuk memperkokoh jiwa: Visi, Hati, dan Spiritualisme. Kita harus mempunyai visi hidup yang jelas, kemudian visi itu harus tersimpan dan berdiri kokoh di dalam hati kita. Tetapi, itu belum cukup, karena hati itu begitu sensitif. Unuk menjaganya diperlukan spiritualisme. Mengapa setiap selesai mengerjakan ibadah shalat banyak orang selalu berdoa yang artinya “ Ya Allah, janganlah engkau palingkan hati kami setelah menerima petunjuk-Mu, dan berilah kami rahmat dari-Mu……”. Spiritualisme adalah cahaya yang selalu menerangi, dan menjaga hati kita dari kondisi yang bernama “rapuh”.
• Terima kasih untuk Opic dengan lirik lagunya yang berjudul “Rapuh” dalam serial Samsul & Badriah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
he,he sangat menyentuh nih!
Posting Komentar